Sabtu, 05 Mei 2012

Bab 17. Kewajiban Mengikuti Hukum Allah Dan Apa-apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Diajak Ke Arah Itu Dan Yang Diperintah Berbuat Kebaikan Atau Dilarang Berbuat Keburukan

TrendMuslim.com - Toko Online IslamiPerpustakaan OPIAllah Ta'ala berfirman: "Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum sebenarnya beriman sebelum mereka meminta keputusan kepadamu -tentang- perkara-perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang engkau berikan itu dan mereka tunduk dengan penyerahan yang bulat-bulat." (an-Nisa': 65)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya ucapan kaum mu'minin, apabila mereka diseru kepada jalan Allah dan RasulNya untuk memberikan hukum diantara mereka itu iaiah mereka itu mengucapkan: "Kita semua mendengarkan dan mentaati." Mereka itu adalah orang-orang yang berbahagia." (an-Nur: 51)
Keterangan:Setiap orang sudah pasti mengerti bahwa Islam adalah agama yang sudah cukup lengkap hukum-hukumnya serta peraturan-peraturannya. Dalam segala macam persoalan Islam sudah menyediakan hukum yang wajib diterapkan untuknya itu, mulai dari hal yang sekecil-kecilnya seperti berkawan, adab pergaulan, berumah tangga dan lain-lain, juga sampai yang sebesarnya, misalnya menegakkan tertib hukum, mengatur keamanan dalam negara dan sebagainya. Dalam hal perselisihan antara orang seorang, antara golongan satu dengan lainnya, bahkan antara bangsa dengan lain bangsapun tercantum pula hukumnya. Jadi kita sebagai penganut agama Islam berkewajiban mengamalkan hukum-hukum itu tanpa membantah sama sekali, jika memang benar-benar nyata hukum itu dari Tuhan dan RasulNya dan bukan semata-mata dibuat-buat sendiri oleh manusia yang gemar pada kebid'ahan, jelasnya orang-orang yang mengada-adakan hukum dari kehendaknya sendiri dan dikatakan bahwa itulah hukum agama dari Tuhan. Sementara itu segala persoalan yang terjadi, maka untuk menerapkan hukumnya jangan menggunakan hukum yang selain dari Tuhan dan RasulNya. Jadi persoalan itu kita cocokkan sesuai dengan hukum yang ada dalam agama Islam. Manakala kita mengerjakan kebalikannya, tentulah salah, yaitu persoalan yang ada itu kita carikan hukumnya dalam agama yang kiranya dapat sesuai dengan kehendak atau kemauan hawa nafsu kita sendiri, atau disesuaikan dengan kemauan orang lain yang kita anggap terhormat agar mendapatkan pujian atau sekedar harta daripadanya. Oleh sebab itu jikalau hukum agama itu diibaratkan sebagai kepala atau kaki, sekiranya kita ingin membeli kopyah -peci- atau sepatu, hendaknya kopyah dan sepatu itu yang kita cocokkan dengan kepala atau kaki kita dan tidak sebaliknya, yakni kepala atau kaki yang kita cocokkan dengan kopyah atau sepatu tersebut. Kalau kekecilan, kepala dan kaki diperkecilkan dan kalau kebesaran, lalu kepala atau kaki dipukuli agar bengkak sehingga cocok dengan kopyah atau sepatu yang berukuran besar tadi. Ringkasnya dalam segala hal, jangan sampai hukum agama yang dikalahkan, sebaliknya itulah yang justeru wajib dimuliakan dan dijunjung setinggi-tingginya, sebab memang datangnya dari Tuhan Rabbul 'Alamin. Semogalah kita dapat melaksanakan yang sedemikian ini, sehingga berbahagialah hidup kita sejak di dunia sampai di akhirat nanti. Amin. Dalam bab ini ada beberapa Hadis, diantaranya ialah hadits Abu Hurairah yang tercantum dalam permulaan bab sebelum ini -lihat hadits no.156- dan ada pula Hadits-hadits yang lainnya.
168. Dari Abu Hurairah r.a.katanya: "Ketika ayat ini turun pada Rasulullah s.a.w. yaitu -yang artinya-: Bagi Allah adalah apa-apa yang ada di dalam langit dan apa yang ada di bumi. Jikalau engkau semua terangkan apa-apa yang dalam hatimu alau jikalau engkau semua sembunyikan itu, sesungguhnya Allah akan memperhitungkan semuanya," sampai akhir ayat. Dikala itu, maka hal yang sedemikian tadi dirasa amat berat oleh para sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian mereka berjongkok di atas lutut mereka lalu berkata: "Ya Rasulullah, kita telah dipaksakan untuk melakukan amalan-amalan yang kita semua juga kuat melaksanakannya, yaitu shalat, puasa, jihad dan sedekah. Tetapi kini telah diturunkan kepada Tuan sebuah ayat dan kita rasanya tidak kuat melaksanakannya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua hendak mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh dua golongan ahlul kitab -kaum Nasrani dan Yahudi- yang hidup sebelummu semua ini, yaitu ucapan: "Kita mendengar tetapi kita menyalahi." Tidak boleh sedemikian itu, tetapi ucapkanlah: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan padaMu, ya Tuhan kita, dan kepadaMulah tempat kembali." Setelah kaum -sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w.- membaca itu, lagi pula lidah-lidah mereka telah tunduk -tidak bisa berkata sesuatu-, lalu Allah Ta'ala menurunkan lagi sesudah itu ayat -yang artinya-:  "Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, begitu pula orang-orang yang beriman. Semuanya percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka berkata: "Kita tidak membeda-bedakan seorangpun diantara rasul-rasul Allah itu." Mereka berkata lagi: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan daripadaMu, ya Tuhan kita dan kepadaMulah tempat kembali." Selanjutnya setelah mereka telah melaksanakan sebagaimana isi ayat di atas itu, lalu Allah 'Azzawajalla menurunkan lagi ayat -yang artinya-: "Allah tidak melaksanakan -memerintahkan- kewajiban kepada seorang, -melainkan- hanyalah sekedar kekuatannya -kesanggupannya- belaka, bermanfaat untuknya apa-apa yang ia lakukan -berupa pahala- dan berbahaya pula atasnya apa-apa yang ia lakukan -berupa dosa-. Ya Tuhan kita, janganlah Engkau menghukum kita atas sesuatu yang kita lakukan karena kelupaan atau kekhilafan -yang tidak disengaja-." Beliau s.a.w. bersabda: "Benar -kita telah melaksanakan-." "Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita beban yang berat, sebagaimana yang telah Engkau pikulkan kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kita." Beliau bersabda: "Benar." "Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita sesuatu yang kita tidak kuat melaksanakannya." Beliau bersabda: "Benar." "Dan berilah maaf dan pengampunan, belas kasihanlah kita. Engkau pelindung kita, maka tolonglah kita terhadap kaum kafirin itu." Beliau bersabda: "Benar." (Ayat di atas dari surat al-Baqarah 286). (Riwayat Muslim)

Sumber:
  • Terjemah Riyadhush Shalihin - Jilid 1 - Pustaka Amani, Jakarta
  • Terjemah Riyadhush Shalihin - Jilid 2 - Pustaka Amani, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)